Monday 26 October 2009

pecundang dan sebuah pistol

Ambilkan senapan itu, jika tak ada belilah. Jikaupun kau tak punya uang untuk membelinya, aku relakan hartaku untuk kau kebiri, untuk membeli senapan itu tentunya. Bahkan jika perlu, potonglah telingaku .Kalau masih kurang, aku masih mempunyai 2 kaki, 2 tangan untuk kau jual. Toh..nanti aku juga akan menanam timah panas dari barang itu di otakku, dan kepalaku akan hancur lebih banyak dari serpihan kaca tetangga yang dulu aku pecahkan dengan bola.
Tak ada lagi yang bisa aku pikirkan, bahkan ketika mataku berkedip pun aku tak merasakannya. Aku sudah mati, menjadi bangkai tak berharga. Tergeletak dibalik bilik kosong, tanpa suara angin yang enggan bersiul di rongga nya. Hanya ada sarang laba-laba hitam yang ditinggal pergi oleh pemiliknya. Aku semakin sepi, tak ada tanah yang rela menelanku.
Tapi..mengapa lama-lama aku bisa merasakan masuknya udara dalam rongga dada. Aku bisa menggerakkan jari-jariku, manggangkat kedua tanganku, bahkan juga bisa merasakan kulitku terbakar mentari. Seharusnya aku tak bisa merasakan apa-apa, karena aku sudah tidak lagi bernyawa. Dimana aku kini, kenapa hanya ada padang ilalang setinggi aku berdiri. Hanya sendiri.
Tidak..aku tidak sendiri. Tanganku menggenggam sebuah benda besi berbentuk huruf L terbaring. Aku raba tanpa aku lihat. Seperti ada lubang di ujungnya, dan ada pelatuk di sudutnya. Aku masih tidak berani melihat barang apa yang sedang aku gengam, tapi yang pasti barang ini membuat tubuhku berlumur keringat.
Mahluk apa aku ini, tidak mati meski pelipisku tertembus peluru. Tapi, pelipisku tidak berlobang dan kepalaku masih utuh tanpa satu helai rambutpun runtuh. Ataukah, malaikat masih menyelamatkanku dengan membuat halusinasi padaku atau aku memang terlalu pecundang untuk mengubur sebuah kenangan. Dan yang pasti, aku tak tahu semua itu..

0 komentar:

shotbodoh

shoutbox

coretanbodoh

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP