Wednesday 26 August 2009

engkau dan sepeda tuamu..

Selamat pagi kawan. Bukalah katup matamu, jangan terlalu lama kau benamkan dirimu dalam fatamorgana. Dia hanya akan menyesatkanmu dengan buaian-buaian indahnya, membawamu terbang bersama burung berkulit sutra yang tak pernah kau jumpai di kehidupan ketika kau lebih banyak terluka dari pada tertawa. Tapi inilah kenyataan kita kawan, Tuhan telah menitipkan tantangan kepada kita dan kita harus berjudi di atas nafas pemberianNya.

Lihatnya sepeda besi itu, ia merindukan kedua kakimu untuk mengayuhnya. Sudah lama ia tercecer bersama debu dan menjadi bangkai tua tak berbingkai. Bannya kempes, tak berisikan sedikitpun hembusan angin. Catnya mulai mengelupas, berinkarnasi menjadi karat dan usang. Lekukan tubuhnya yang anggun kini tak lagi bisa terbaca oleh mata telanjang. Tak pula ia nampak kokoh seperti ketika kau mencintainya melebihi dari cinta romeo kepada juliet.

Kau juga, kini tampak rapuh dan tak berdaya. Kau lebih busuk dari pada gumpalan kotoran di tumpukan sampah. Menjijikkan, tak lagi otot-otot kekarmu berguna. Lalat pun tak enggan untuk menghampirimu. Maap, aku sedang tidak menggurui kehadiranmu tapi aku hanya ingin membunuh perasaan lukamu.

Aku sadar, kau terluka oleh ketidak adilan kehidupan. Tak mungkin kau bisa menjadi mereka, yang hidup mewah dibingkai oleh ruangan tanpa sengat mentari. Lalu lalang beratapkan kenyamanaan. Sedangkan engkau, kulitmu terbakar karena kau tak kuat untuk membeli sunblock. Bahkan untuk minum pun kadang engkau bertayamum.

Tapi ini bukan tentang kemewahan kawan. Bukan tentang uang. Bukan tentang harta. Tapi ini tentang edukasi, kekuatan untuk bertahan. Ayolah kawan, kobarkan semangatmu yang dulu kau sulut dengan api Olympiade. Kayuh kembali sepeda yang menjadi istri mu itu. Jangan ceraikan dia, jangan pula kau biarkan dia mencari suami baru. Kembalilah engkau pada pekerjaan muliamu. Hantarkan kertas-kertas berharga yang menjadi jendela dunia.

Meskipun engkau tak lulus baca tulis waktu TK, engkau lebih dari mereka. Karena engkau, mereka bisa mengerti tentang apa yang dunia alami. Mereka terlalu sibuk dengan idealis yang mereka miliki, tak sempat untuk mengambil lembaran-lembaran itu sendiri, dibaca dan ditemani secangkir kopi pagi hari.

0 komentar:

shotbodoh

shoutbox

coretanbodoh

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP